PAPUAN, Jayapura --- Banyak pihak di Papua menyesalkan komentar Habib Rizieq dan Munarman dari Forum Umat Muslim (FUI) yang dianggap memprovokasi, dan menyesatkan opini masyarakat, terutama bagi yang berada di tanah Papua.
“Kami organisasi kepemudaan umat Kristiani di tanah Papua sangat menyesalkan pernyataan Habib Rizieq dan Munarman,” ujar Terius Wenda, Ketua Forum Gerekan Baptis Papua melalui siaran pers yang dikirim ke Papua Voices, kemarin sore, Rabu (28/12).
Menurut Turius, penanganan konflik disuatu daerah harus bisa diselesaikan oleh negara, bukan oleh organisasi kemasyarakatan, atau lembaga agama tertentu.
“Tak ada satupun LSM, atau organisasi masyarakat yang dapat mengintervensi masalah Papua, terutama dalam bentuk dan format penyelesaiaanya,” jelas Turius.
Turius menambahkan, harusnya mereka (FUI) mengerti dan memahami akar persoalan di tanah Papua, dan jika dirasa sudah tahu banyak, maka dipersilakan untuk berkomentar.
“Jangan omong sembarangan, karena pernyataan begini bisa berakibat fatal atau mengarah pada konflik SARA atau Konflik agama.”
Menurut Turius, masalah Papua sesungguhnya bukan masalah makan–minum, akar masalah adalah masalah ideology dan sejarah integrasi yang penuh kotrovesial.
“Pernyataan berjihat di Papua yang disampaikan FUI adalah satu pukulan berat dan pernyataan yang sangat diskriminatif bagi kaum beragama minoritas terutama umat Kistiani di tanah Papua,” ungkap Turius.
Turius juga menyatakan orang Papua menghendaki pendekatakan dialog yang bermartabat dan kompherensif.
“Kami menolak pendekatan jihatan dan kekerasan militerisme di seluruh tanah Papua.”
Kami juga menghimbau kepada semua umat beragama jangan mudah terporvokasi isu SARA dan jihat di Papua, dan di harapkan untuk menciptakan rasa damai dan keamanan setiap dimanapun kita berada.
Komentar yang dimaksud adalah, pada tanggal 23 Desember 2011, FUI sempat mendatangi Kantor Kementerian Pertahanan, dan meminta pemerintah Indonesia bersungguh-sungguh kerja mempertahakan Papua dalam NKRI.
Dan, kata mereka saat itu, jika pemerintah tak mampu, mereka akan datang dan berjihad ke tanah Papua sendiri.
OKTOVIANUS POGAU
“Kami organisasi kepemudaan umat Kristiani di tanah Papua sangat menyesalkan pernyataan Habib Rizieq dan Munarman,” ujar Terius Wenda, Ketua Forum Gerekan Baptis Papua melalui siaran pers yang dikirim ke Papua Voices, kemarin sore, Rabu (28/12).
Menurut Turius, penanganan konflik disuatu daerah harus bisa diselesaikan oleh negara, bukan oleh organisasi kemasyarakatan, atau lembaga agama tertentu.
“Tak ada satupun LSM, atau organisasi masyarakat yang dapat mengintervensi masalah Papua, terutama dalam bentuk dan format penyelesaiaanya,” jelas Turius.
Turius menambahkan, harusnya mereka (FUI) mengerti dan memahami akar persoalan di tanah Papua, dan jika dirasa sudah tahu banyak, maka dipersilakan untuk berkomentar.
“Jangan omong sembarangan, karena pernyataan begini bisa berakibat fatal atau mengarah pada konflik SARA atau Konflik agama.”
Menurut Turius, masalah Papua sesungguhnya bukan masalah makan–minum, akar masalah adalah masalah ideology dan sejarah integrasi yang penuh kotrovesial.
“Pernyataan berjihat di Papua yang disampaikan FUI adalah satu pukulan berat dan pernyataan yang sangat diskriminatif bagi kaum beragama minoritas terutama umat Kistiani di tanah Papua,” ungkap Turius.
Turius juga menyatakan orang Papua menghendaki pendekatakan dialog yang bermartabat dan kompherensif.
“Kami menolak pendekatan jihatan dan kekerasan militerisme di seluruh tanah Papua.”
Kami juga menghimbau kepada semua umat beragama jangan mudah terporvokasi isu SARA dan jihat di Papua, dan di harapkan untuk menciptakan rasa damai dan keamanan setiap dimanapun kita berada.
Komentar yang dimaksud adalah, pada tanggal 23 Desember 2011, FUI sempat mendatangi Kantor Kementerian Pertahanan, dan meminta pemerintah Indonesia bersungguh-sungguh kerja mempertahakan Papua dalam NKRI.
Dan, kata mereka saat itu, jika pemerintah tak mampu, mereka akan datang dan berjihad ke tanah Papua sendiri.
OKTOVIANUS POGAU
0 komentar:
Posting Komentar