Free Filep Karma

Iskandar Murkin: Ada 1000 Warga PNG Ingin Jadi Warga Negara Indonesia

Posted by Papuan Voices On Sabtu, September 30, 2017 0 komentar
 Ikandar Murkim, Kepala Kampung Muara Asbe
(Fransiskus Kasipmabin - SP)
OKSIBIL, SUARAPAPUA.com--- Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2017,  data penduduk yang tercacat di buku penduduk kampung Muara Asbi, Distrik Murkim Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua sebanyak 1000-an waga Negara Papua New Gunea (PNG) sudah  menjadi penduduk Indonesia.

Hal ini diungkapkan Ikandas Murkim, kepala kampung Muara Asbi Distrik Murkim kepada suarapapua.com, selasa (26/9/2017) lalu di Oksibil, Papua.

Ia menjelaskan, sejak kampung Muara Asbi dimekarkan pada tahun 2009 dari kampung Murkim, dan distrik Murkim dimekarkan dari distrik Batom Pegunungan Bintang, pada 2008, warga Papua New Gunea (PNG) mulai berdatangan dan menjadi penduduk tetap di kampung Muara Asbi.

“Ada banyak yang datang. Ada yang datang menetap, ada juga yang datang hanya untuk beraktifitas lalu kembali ke PNG,”  ujarnya.

 “Pada tahun 1999/2000-an saya mulai kontak dengan warga Papua New Gunea. Sebenarnya warga sepanjang sungai sifik, satu suku besar, dulu memang suda mulai komunikasi. Tetapi semenjak perang suku meletus, suku besar Murkim terbelah, ada yang hidup dan menetap di PNG. Ada yang masi bertahan hidup di wilayah suku besar Murkim,” jelasnya.

Ikandar menceritakan,  pada waktu itu sekitar tahun 2007 ia komunikasi dengan masyarakat kampung Kasai, Distrik Greentowa, Kabupaten Vanimo, Sandaown Province, Papua New Gunea, terutama kepala kampung bersangkutan.

Setelah berkomunikasi dengan kepala kampung, ia menyetujui 1000 warganya pinda warga Negara dari PNG menjadi Warga Negara Indonesia,” jelasnya.

Kata dia, Masyarakat di kampung Kasai, Distrik Grentowa berpenduduk 3 ribu saat ini

Penduduk sangat banyak sehingga pada tahun 2007 saya mulai dialog, komunikasi secara terus menerus dengan kepala kampung serta pemerintah Distrik Greentowa, akhirnya mereka menyetujui 1000 warganya pindah ke Indonesia,” ucap Ikandar.

Terkait pemindahan warga PNG ke Indonesia, kata dia, tidak ada yang dipaksakan atau unsur Paksaan dari pemerintah Indonesia, tetapi warga bergabung dengan Indonesia benar benar niat baik dari warga Kampung Kasai.

“Jadi pada saat votting atau tanya jawab terkait kesediaan warganya ikut menjadi warga Indonesia, warga sekitar 1000 an mengaku akan bergabung menjadi Warga Indonesia, sehingga pemerintah kampung Kasai mengiayahkan untuk pindah warga Negara, yaitu Indonesia” katanya.

Pada tahun 2009, Pemerintah Distrik Greentowa mengeluarkan surat pemberitahuan yang isinya menjelaskan bahwa warga masyarakat Indonesia yang ada di distrik Murkim, Pegunungan Bintang bisa berdagang di wilayah pemerintahannya.

Bisa keluar masuk wilayah PNG dan sebaliknya warga PNG yang bermukim di Distrik Greentawa bisa berdagang di wilayah Indonesia,” urainya.    

Warga PNG Bisa Bergabung Menjadi Warga Indonesia?

Ikandar mengungkapkan bahwa sejak awal tahun 1999 ia mulai kontak dengan Warga kampung Kasai, Districk Greentawa.

Pada waktu itu, saya bersama Om, kita berburu di Hutan belantara. Ketika saya mendengar ada suara di Muara Asbe, sungai Sifik, setelah saya pergi mengecek ke lokasi ternyata ada orang sedang memburu Buaya,” ungkapnya lagi.

Lanjut dia, “Dari muara sungai Sifik kami mulai berkenalan mengenal satu sama lain. Waktu itu, kami hanya berkomunikasi dengan bahasa syarat. Mereka mengajak saya pergi ke kampung Kasai untuk bermalam sambil makan daging buaya di kampung mereka, katanya saat bercerita tentang perjuangannya menarik simpati warga PNG bergabung menjadi warga Kampung Muara Asbe, Distrik Murkim, Pegunungan Bintang, Indonesia.

Menurut Murkim, setelah bermalam selama sehari di kampung itu, dirinya kembali ke kampung Murkim. Beberapa hari kemudian, warga dari kampung Kasai berkunjung ke Indoensia.

Selama mereka berkunjung ataupun saya pergi mengunjungi mereka, saya selalu membawa Garam, Peksin, Bimoli maupun Beras untuk warga Kampung Kasai, PNG.  Saya mulai memperkenalkan mereka dengan Sembako secara perlahan lahan, seperti membagikan Garam, Peksin, Bimoli, Supermi, beras secara gratis,” ucap Iskandar.

Ia mengatakan, menurut Kepala Kampung Kasai, Distrik Greentawa, Vanimo, Markus Sigbah, biasa menceritakan pengalaman hidupnya pada dirinya ketika pergi ke kampung Kasai.

“Ceritanya, kami warga PNG yang berada di Perbatasan Indonesia hidup menderita, tidak ada perhatian secara serius oleh pemerintah setempat. Baik itu layanan pendidikan, kesehatan, ekonomi, pembangunan Infrastruktur. Benar benar tidak ada pelayanan pemerintahan di wilayah yang dia pimpin, untuk itu warga masyarakat PNG yang ingin menjadi warga Indonesia pantas dan wajar, sembari menceritakan pengalaman yang diderita warga PNG di Perbatasan RI ini,” katanya mengulang kembali pendapat kepala kampung dari Greentawa, PNG.

“Tidak hanya  1000-an warga, tetapi direncakan akan menambah 500 jiwa yang akan bergabung menjadi Warga Negara Indonesia. Mereka ingin bergabung dengan Indonesia tetapi harus kampung sendiri, mereka minta pemekaran kampung di sana, katanya.

Pewarta: Fransiskus Kasipmabin
Editor: Arnold Belau


   

        

0 komentar:

Posting Komentar