Free Filep Karma

Rentetan Kematian Misterius Orang Papua Barat

Posted by Papuan Voices On Sabtu, September 30, 2017 0 komentar
Soleman Itlay, aktivis PMKRI Jayapura. (Arnold Belau - SP)
Catatan Kaki Untuk 5 Bulan Terakhir
Oleh: Soleman Itlay)*

Orang Papua Barat memiliki masalah  yang besar

Mau sebut satu per satu, bikin membosankan dan tidak akan ada ujungnya. Pokoknya masalah itu menyangkut kandungan ibu, bayi, anak, remaja, dewasa dan lanjut usia. Orang Papua Barat tidak pernah absen dengan kematian. Disini banyak “Kematian Misterius”.

Tidak ada patokan kematian di Papua Barat. Dalam artian lain, tidak semata-mata terjadi pada satu orang, keluarga, honai adat, suku, kampung, wilayah, agama, gereja, dan daerah tertentu. Tetapi setiap basis orang Papua Barat, dari Sorong-Merauke mengalami peristiwa yang hampir sama.

Kematian telah menyatu dengan 250 suku, orang asli Papua Barat. Beberapa suku lain, dari luar Papua Barat (non Papua Barat), juga sering mengalami hal yang sama. Namun kematian lebih banyak jatuh pada orang pribumi Papua Barat. Kematian yang dimaksud, sampai detik ini masih berlaku.

Dimana ada orang Papua Barat, disitu ada kabar buruk. Kematain hari ini berada di rumah, honai adat, rumah sakit, kantor, jalan, kali, telaga, sungai,  gereja, kampung, dan hutan. Kematian orang Papua Barat terlihat di rumah sakit, jalan, gunung, pantai, dataran, rawah, seberang sungai, danau, hutan, kolong jembatan dlsb.

Memang benar adanya. Kenyataan tidak dapat disembunyikan oleh kata-kata mati lagi. Hari ini, orang Papua Barat tidak punya tawaran dan pilihan lain. Mereka ada bersama kematian. Bakal kematian jadi tawarann awal dan pilihan akhir. Murah tapi juga kematian mudah menelan nyawa orang-orang miskin di negeri kaya raya.
Tidak ada jalan keselamatan. Segala akar kehidupan orang kulit hitam diputuskan, dikeringkan, dibakar, dan dilenyapkan pada liang kematian. Segala jalan keselamatan orang berambut keriting dibatasi, disembunyikan, dihilangkan, dihapuskan dan lain sebagainya. Kini sumber kehidupan orang Papua Barat sengaja dihancurkan.

Struktur dan Sistem Kematian di Papua Barat

Orang Papua Barat mempunyai struktur dan sistem kematian. Ada yang tidak kelihatan dan kelihatan sekali. Struktur dan sistem kematian ini tidak diketahui oleh orang Papua Barat. Hanya orang yang pakai kaca mata kebijaksanaan lah yang melihatnya. Hal ini dibuat, dijalankan dan dikotrol oleh orang diatas berpakaian dua mcam warna.

Bagian atasnya merah dan bawahnya putih. Kadang kala orang sulit melihat orang yang menjalankan itu telanjang. Karena mereka tidak tinggal santai kerena punya struktur dan sistem kematian. Namun orang yang menggunakan pakaian kain merah dan putih itu, main dengan terukstruktur dan sistematis.

Orang Papua Barat kaget ketika ada kecelakaan di jalan, kematian di rumah sakit, warung, hotel, restoran, depan ruko, kolong jembatan, hutan, pegunungan, kali, sungai, danau dan  lautan. Namun semua orang tidak tahu struktur dan sistem kematian yang berlaku dan dijalankan secara terukstruktur dan sistemtis.

Rentetan Kematian 6 Bulan Terakhir

Belakangan ini, istilah “Kematian Misterius” di Papua Barat naik daun. Hal ini bukan seperti orang lain yang “tukang” memutarbalikan fakta. Namun istilah ini tumbuh dan berkembang dari masalah kematian orang Papua Barat sepanjang waktu. Kematian berlaku umum bagi orang Papua Barat diatas tanah leluhurnya.

Ada catatan kaki disini. Semua berasal dari tanah Papua Barat, dari Sorong-Merauke. Pada umumnya kematian orang Papua Barat memiliki motif yang hampir sama. Rata-rata peristiwa semua belum menemukan virus bakteri kematiannya. Berangkat dari situ, orang Papua Barat menyebut “Kematian Misterius”.

Belakangan ini orang Papua Barat dikagetkan dengan beragam kematian. Banyak yang belum diangkat dan diurus oleh semua pihak terkait. Namun itu tidak mengapa bagi orang Papua Barat. Barangkali disini cukup memberitahukan bagi yang belum tahu. Kasus kematian misterius dimaksud, antara lain:

1.   Kematian 37 Orang di Lanny Jaya
Pada April lalu, media terpercaya di Papua, yaitu Jubi mewartakan 37 warga yang meninggal di Lanny Jaya.
Kematian ini berlangsung dari Januari hingga 25 April 2017. Tempat kejadian ada 4 kampung, yakni; kampung
Tinggira (18 orang), Indawa (3 orang), Eyuni (13 orang) dan Yuhunia (4 orang). 

Kepada media tersebut, Sekretaris Daerah(Sekda) kabupaten Lanny Jaya, Christian Sohilait mengatakan: Hari 
ini (Rabu) juga saya berada di lokasi kampung Tinggira untuk melihat langsung kondisi air minum dan 
penyebab sampai banyak yang meninggal. Dan ternyata air disini merupakan hasil tadah hujan beberapa waktu 
lalu yang dikonsumsi warga tanpa dimasak, padahal itu ada kotoran babi dan kotoran manusia”.

Kejadiannya sudah lama (Januari 2017), namun beritanya dipublikasi pada April 2017. Penyebab peristiwa ini 
disebut-sebut karena kekurangan air bersih. Belum ada penemuan indikasi virus penyebab kematian yang 
menyebabkan 37 orang meninggal dunia. Tentu kasus ini bisa disebut “Kematian Misterius”. Sebab belum ada 
temuan virus bakterinya. 

2.   Kematian 50 Balita Menggal di Deiyai

Gereja Katolik Dekenat Paniai, Keuskupan Timika mengumumkan, kematian orang Mee dalam kurun waktu April hingga 15 Juli 2017. Kematian Balita ini terjadi di kampung Ayatei, Digikotu, Piyakedemi, Yinudoba, dan Epani. Informasi ini disampaikan oleh Pastor Paroki, Deiyai, Damianus Adi, Pr.

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Deiyai, terutama petugas medis meyebut gejalah penyakitnya antara lain ISPA, campak, diare dan disentri. Namun menurut Pastor, setelah melakukan pendataan ulang kepada keluarga pasien berbeda. Pastor Adii sebut gejalannya: panas tinggi, mencret (diare), mulut luka-luka, mata merah dan ada yang meninggal tibah-tibah.

Ada yang sebut gejalanya lain dan Pastor menyebut lain tapi ada yang sama. Jumlahnya pun sama. Kepala distrik Tigi Barat, Fransiskus Bobii sebut 30 orang dan Pastor Paroki sebut 50 orang. Hal ini semcam ada struktur dan sistem kematian yang tidak keliahan, kemudian menimbul pro dan kontra diantara pihak gereja dan pemerintah.

3.   Kematian dan Penderita HIV/AIDS di Wamena

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena menyebut tingkat kematian ibu hamil dan bayi yang lahir terus mengalami peningkatan. Dimana pada 2015 dari 1.888 orang, 7 lainnya meninggal dunia. Kemudian berikutnya 2016 tercatat sebanyak 2.009 yang melakukan persalinan, 6 orang ibu hamil diantaranya meninggal dunia. Mana yang benar?

Direktur RSUD Wamena, dr. Felly G. Sahureka mengatakan, untuk bayi yang baru dilahirkan dari tahun 2016, dari total 2.009 bayi hanya 293 bayi yang hidup. Jika dihitung secara matematis 2.009-293 berarti hasilnya didapat sebanyak 1716 orang. Jadi boleh dikatakan dari 2.009 yang dilahirkan 2016, yang meninggal sebanyak 1716 orang.

Demikian kata dokter Felly, “Sedangkan untuk bayi yang baru dilahirkan dari tahun 2016 lalu, dari total 2.009, hanya 293 bayi yang hidup”, dikutib dari www.tabloidjubi.com, (16/06/2017). Bayangkan dalam setahun kematian Ibu dan Anak mencapai ribuan orang. Jumlah tersebut belum termasuk dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan tidak termasuk dengan kasus lain.

Sungguh, sangat berbahaya. Dari sisi penyebaran HIV/AIDS saja, Jayawijaya berada pada urutan pertama di seluruh Papua. Per Juni 2016 lalu, Dinas Kesehatan provinsi Papua mecatat penderita HIV/AIDS sebanyak 5.293 kasus. Menakjubkan bukan? Parah lagi kalau dikaitkan dengan kasus kematian 264 orang di distrik Itlay Hisage (2005-2014).

4.   Kematian 48 Orang di Yahukimo

Kepala Dinas Provinsi Papua, Aloysius Giyai membenarkan kematian warga di Samenage, kabupaten Yahukimo. Hanya yang bedanya disini adalah banyaknya korban. Menurut Giyai, korbannya sekitar 38 orang. Warga yang meninggal dunia berasal dari 8 kampung dan dengan jumlah korbannya berbeda-beda.
Jumlah kematian ini jauh sedikit dari banyaknya korban yang disebutkan oleh pastor Jhon Jonga, Pr. Sebelumnya, Pastor Jhon menyebut ada 48 orang. Lalu 10 orang lainnya diapakan? Bagi Pastor Jhon selaku hambah Tuhan tidak mungkin tipu, karena dia juga sangat akrab dengan masyarakat Samenage, Papua.
Begitu pula dengan dinas kesehatan kabupaten Yahukimo dan provinsi Papua. Dinas kesehatan sebut 38 orang yang meninggal. Pernyataan tersebut ada betulnya, dan ada pula tidaknya. Yang jelas pemerintah punya garis komando dan koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten Yahukimo. Kemungkinan besar tidak bisa disalahkan.

Palingan pihak gereja maupun pemerintah sama-sama punya data yang kuat. Tetapi kematian di daerah telah terjadi lama. Hanya saja publik belum tahu persis. Tentu hal ini memerlukan koordinasi kerja sama dan memerlukan sinkronisasi kerja, agar kelak membinggunkan semua orang. Tetapi lebih penting ialah memastikan virus bakterinya, bukan bantuan bahan makanan. Sungguh peristiwa ini juga termasuk “kematian Misterius”.

5.   Kematian 27 Bayi dan Anak di Kabupaten Nduga

Ada kejadian baru lagi di distrik Iniknggal kabupaten Nduga. Tempat kejadian ini bersebelahan dengan wilayah Mbua, tempat dimana 2014/2015 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Dalam peristiwa ini, dilaporkan 27 orang bayi, balita dan anak meninggal dunia. Sementara kematian misterius ini dikabarkan pada 26 september 2017 oleh masyarakat.

Laporan ini dimuat di media sosial (facebook). Pemostingnya merupakan anggota masyarakat dengan latar belakang mahasiswa Nduga. Nama akun facebooknya adalah Gwijangge. Postingan itu cukup kuat karena disertai dengan kronologis singkat dan  nama-nama orang tua dan korbannya. Beberapa jam berselang, pemeberitaan tersebut semakin diketahui oleh publik.

Karena semua orang yang berteman dengan Gwijangge like dan bahkan membagikan kiriman dimaksud. Tidak lama kemudian, pimpinan Suara Papua, Arnol Belau menurunkan beritan kematian 27 orang di Iniknggal kabupaten Nduga. Suara Papua sudah melakukan wawancara langsung dengan masyarakat yang turun dari Nduga ke Wamena yang melakukan pembelanjaan barang untuk keperluan di tempat duka.

Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga melalui Puskesmas detempat belum bisa memberikan keterangan. Namun ketika informasi tersebut pecah di media masa, Kepala Sub Bagian (Kasubag) Program Dinas Kesehatan provinsi Papua, Aaron Rumainum, mengatakan akan check petugas kesehatan di lapangan. Hal ini dokter Aaron menghubungi penulis melalui telepon seluller, (27/09).

Usulan Penanganan Medis

Kasus kematian misterius diatas, tidak asing bagi orang Papua Barat. Bukan 5 kasus diatas semata, terlalu banyak. Sebelumnya pun terjadi hal yang sama. Bakal sampai hari ini masih terus berlanjut tanpa henti-hentinya. Namun kalau disatukal di dalam ini, tidak aka nada habisnya. Tetapi itu tidak penting untuk membahas disini, karena akan jadi seperti orang jalan di tempat tanpa perintah. Namun yang perlu dipikirkan disini adalah, soal penanganan medis.

Secara pribadi punya dua pemikiran sederhana, antara lain: tidak ragu dan ragu. Tidak ragu karena persoalan diatas akan diselesaikan, jika ada pihak berwajib mau serius menangani. Karena bicara tentang kasus pihak seperti dinas kesehatan punya rekam jejak penanganan medis suatu kasus di Papua. Bakal ada banyak bukti yang berhasil.

Namun di lain sisi, secara pribadi juga agak pesimis. Karena banyak kasus yang timbul dengan motif yang sama. Paling sering dan memang sebelumnya terdengar banyak peristiwa serupa yang timbul di daerah lain, Papua.  Sebut saja, misalnya KLB Mbua (Nduga), musibah kematian di Itlay Hisage (Jayawijaya) dan masih banyak lagi.

Berdasarkan dua pengalaman ini, ada usulan sederhana untuk semua pihak (pemerintah) masing-masing daerah. Ungkap sampai tuntas, penyebab kematian misterius dari 5 kasus ini. Jika tidak keberatan, menoleh ke kasus-kasus sebelumnya yang belum terungkap. Dari semua rentetan kematian misterius di Papua Barat, motifnya hampir sama semua. Namun sebutan untuk penyebabnya sering berbeda-beda.  

Sehingga, mau tidak mau dan suka tidak suka, harus mengungkap virus kematian misterius, Maaf sekali. Bukannya memaksakan, tetapi ini suatu tuntutan yang harus, wajib dan segera dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui pemerintah daerah yang telah dibentuk di masing-masing kabupaten/kota, provinsi Papua. Sebenarnya tidak sesusah dan sesulit apapun di era Otonomi Khusus ini.

Berikut harus memperhatikan kesehatan masyarakat, orang Papua Barat yang tengah diijak-injak oleh beragam penyakit misterius. Karena selain kematian berlangsung, hari ini penderitaan orang Papua Barat terus meningkat pesat. Semua pelayanan harus mengutamakan keselamatan manusia yang sakit, bukan memanfaatkan sakit untuk keselamatan dan kepentingan pribadi.

Kerja harus dengan sadar. Selamatkan orang dengan pertimbangan “Orang Papua Barat di Ujung Kepunahan”. Hal ini wajib dipahami dan terapkan dalam tindakan pelayanan. Kalau bisa sistem pelayanan kesehatan di Papua Barat harus dikontekskan sesuai metode pelayanan tradisional dan ditransformasikan dengan cara pengobatan modern. Semoga!

)* Penulis adalah anggota aktif Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) St. Efrem Jayapura, Papua.




0 komentar:

Posting Komentar